more than just radio

more than just radio
pro2

Rabu, 26 Maret 2008

BUSINESS HOUR EDISI KAMIS 27 MARET 2008

Mengenal Bisnis Keluarga
Sumber :cybertokoh.com
Announcers : Indra Suharya

Bisnis keluarga bukanlah sesuatu yang asing di Indonesia. Banyak bisnis yang sudah dikelola secara profesional.
Tapi hingga kini masih ada paradigma yang salah mengenai bisnis keluarga yang cenderung dinilai negatif karena dianggap tidak profesional. Padahal, perusahaan-perusahaan besar di dunia pun sebenarnya bermula dari bisnis keluarga, misalnya Ford di AS dan Fiat di Italia.
Menurut Dr. Petrina Faustine, S.E., M.M., M.Sc.pendiri Indonesian Family Business Network, ketika ditemui dalam acara Managing Family Business Sustainability in the Raising Asian Economy beberapa waktu lalu di Nusa Dua, Bisnis keluarga sebenarnya tidak saja mendominasi di Indonesia tapi di banyak negara lain di dunia. Di Bali pun kecenderungannya juga seperti itu. Banyak bisnis keluarga yang bisa dijumpai ungkap
perempuan energik ini banyak menguraikan perihal aspek positif, kendala serta kunci sukses bisnis keluarga.
Ia memaparkan aspek positif bisnis keluarga patut diperhatikan, seperti adanya komitmen kerja yang tinggi dari anggota keluarga. Rasa memiliki (l'esprit de corps; baca lespri de korp) menyebabkan lebih cepatnya pencapaian tujuan perusahaan. Ada keserasian tata nilai dari anggota keluarga, memudahkan terciptanya budaya korporasi yang sama di antara mereka,sehingga pengelolaan perusahaan berjalan lancar.
ditambahkan Petrina“Dalam bisnis keluarga juga ada rasa saling percaya yang tinggi terhadap anggota keluarga. Hal ini menjadikan proses pengawasan lebih cepat. Suasana kerja lebih menyenangkan, hingga masing-masing dapat bekerja sama lebih baik dan tujuan perusahaan lebih cepat tercapai,
Untuk sumber finansial, pada umumnya perusahaan didanai secara konservatif atau berasal dari dana pribadi. Biasanya pengelolaan keuangan perusahaan dilakukan dengan sangat hati-hati dan teliti, sebab menyangkut hajat hidup keluarganya. Sumber dana jenis ini juga lebih murah biayanya dibandingkan dengan pinjaman dari bank, yang dikenai provisi dan tingkat bunga yang tinggi.
ditambahkan oleh Ibu yang hobi berkebun, memasak serta membuat kue ini mengaku bisnis keluarga juga tak lepas dari beberapa kendala yang melingkarinya. Mulai dari manajemen yang tidak atau kurang profesional dan pemilihan anggota keluarga untuk jabatan penting dalam perusahaan.
Perolehan tenaga ahli yang bersedia membantu di perusahaan keluarga juga agak sulit. Ada kekhawatiran dari tenaga ahli atau professional, jabatan puncak tidak pernah akan diraihnya dalam berkarir di perusahaan keluarga tersebut. Ini juga menyulitkan saat perusahaan berkembang, apalagi jika jumlah anggota keluarga tidak banyak.
Rasa tidak percaya kepada profesional yang bukan anggota keluarga pemilik perusahaan juga merupakan salah satu sebab tidak ‘betah’nya profesional bekerja.
“Perencanaan suksesi yang tidak dipersiapkan pimpinan perusahaan bagi penerusnya bisa menimbulkan masalah. Atau terjadinya “perebutan kekuasaan” di antara generasi penerus atas jabatan pimpinan, yang menimbulkan perpecahan. Belum lagi saat perusahaan keluarga sudah berkembang, penggunaan kekayaan perusahaan yang dialokasikan untuk proyek mercusuar, sekedar menunjukkan kebesaran nama keluarga pemilik perusahaan, tanpa memikirkan manfaat ekonomis bagi perusahaan,” tuturnya.
Hal yang juga sering terjadi pada generasi penerus, keinginan untuk menunjukkan kemampuan mengembangkan usaha di bidang lain yang sebenarnya tidak dikuasai dengan baik.
Selanjutnya sering terjadi persaingan terselubung di antara suami dan isteri pemilik perusahaan keluarga. Umumnya hal ini disebabkan suami yang merasa terganggu egonya, menyaksikan isterinya berhasil menunjukkan kemampuan yang lebih tinggi dalam mengelola perusahaan. Sementara sang suami berkali-kali gagal dalam usahanya.
Percekcokan antara suami isteri berpangkal dari iri hati atau kompensasi dari sang suami yang tak mampu menerima kegagalannya sendiri. Terkadang kondisi begini seringkali mengganggu kelancaran bisnis keluarga.Hal ini terjadi karena sang suami mulai merecoki pengelolaan perusahaan yang diarahkan sang isteri, sekadar ingin menunjukkan ego-nya sebagai pimpinan. Meskipun pada kenyataannya keputusan bisnis yang diambil sang suami yang ingin disebut sebagai pimpinan perusahaan adalah tidak realistis, bahkan merugikan perusahaan keluarga tersebut,
Ia juga menambahkan satu hal lagi yang tertinggal yakni konflik berkepanjangan di antara anggota keluarga pemilik perusahaan. Mereka tidak bersedia meminta bantuan pihak ketiga yang netral, sering timbulkan perpecahan di antara dan menjadikan perusahaan dibubarkan atau dibagi-bagi menjadi perusahaan-perusahaan yang lebih kecil atau bahkan habis.
Mengenai kunci sukses, yang paling utama adalah soal profesionalisme bagi anggota keluarga maupun bukan anggota keluarga. Keadilan yang merata dalam hak dan kewajiban anggota perusahaan. Pengukuran yang standar bagi semua orang ditunjukkan dengan jelas, sebagai upaya mendapatkan pengganti pimpinan perusahaan yang kompeten untuk mengelola selanjutnya.
dan terakhir yang terpenting menurut petrina adalah Soal pendanaan harus rasional dan hati-hati. Pengupahannya disesuaikan dengan performance masing-masing, bukan berdasarkan lama kerja atau pertalian darah. Ini mendorong anggota perusahaan untuk bekerja kreatif, produktif dan efektif. Harus pula mempercayai anggota perusahaan di luar anggota keluarga, dengan pengawasan yang semestinya bagi semua anggota perusahaan. Tidak lupa penanaman modal usaha di bidang lain, sesuai kemampuan finansial dan keahlian anggota perusahaan.

Tidak ada komentar: