more than just radio

more than just radio
pro2

Rabu, 07 November 2007

Jelita Edisi 7 Nov 2007

KECANDUAN CINTA KAH ANDA...??



Mungkin yang sering anda dengar kata kecanduan, biasanya akan langsung berpikir seperti kecanduan alkohol, narkoba dan sebagainya. Memang kata kecanduan sudah pasti membawa dampak tersendiri terutama untuk kesehatan jiwa seseorang. Karena memang sudah banyak kasus bunuh diri atau pembunuhan yang terjadi akibat kecanduan cinta.
Banyak orang yang salah mempersepsi atau mengartikan cinta sejati dengan cinta yang bersifat candu. Sehingga banyak orang terjebak dalam pengertian yang keliru antara kecanduan cinta dengan cinta sejati. Ada beberapa tanda saat seseorang mengalami kecanduan cinta, sebaiknya anda simak berikut ini.

Adanya pikiran obsesif,
seperti terus-menerus curiga akan kesetiaan pasangan, terus-menerus takut ditinggal pasangan sehingga selalu ikut ke mana pun perginya sang kekasih. Selalu menuntut perhatian dari waktu ke waktu, tanpa ada toleransi dan pengertian.
Manipulatif,
berbuat apapun agar pasangan mengikuti kehendaknya atau memenuhi kebutuhannya. Seperti mengancam akan memutuskan hubungan jika pasangan lebih memilih mementingkan hobinya.
Tanda yang lain adalah selalu bergantung pada pasangan dalam segala hal, mulai dari mengambil keputusan sampai dengan memilih warna pakaian.
Menuntut waktu,
perhatian, pengabdian dan pelayanan total sang pasangan sedemikian rupa sehingga pasangan tidak dapat memiliki waktu dan kehidupan pribadi.
Menggunakan seks sebagai alat untuk mengendalikan pasangan dan menganggap seks adalah cinta. Karena bagi mereka yang kecanduan cinta seks merupakan sarana untuk mengekspresikan cinta.

Seseorang yang kecanduan cinta, tidak bisa memutuskan hubungan meski merasa sangat tertekan karena janji-janji pasangan tak kunjung terwujud.
Kehilangan salah satu hal terpenting dalam hidup, seperti pekerjaan atau hubungan dengan keluarga inti demi mempertahankan hubungan cintanya.
Jadi tidak ada istilah "puas" dalam hubungan yang terjalin antara orang yang kecanduan cinta dengan pasangannya. Seseorang yang kecanduan cinta tidak pernah mampu membagikan cinta secara tulus pada orang lain karena selalu merasa kehausan cinta. Oleh sebab itu, banyak di antara mereka yang sering berganti pasangan karena merasa harapan mereka tidak dapat dipenuhi oleh sang kekasih. Padahal meski puluhan kali mereka berganti pasangan, individu yang kecanduan cinta akan sulit membangun hubungan yang stabil dan langgeng. Tetapi banyak dari mereka yang menyalahkan pasangannya sebagai sumber masalah. Mereka tidak mampu melihat bahwa masalah sebenarnya justru terletak pada diri mereka sendiri.

Penyebab dari orang yang kecanduan cinta, biasanya karena tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis seperti kasih sayang, perhatian, kehangatan dan penerimaan seutuhnya di masa kecil. Orang yang pada masa batitanya tidak mengalami kelekatan emosional yang stabil, positif dan hangat dengan lingkungannya akan sulit mempercayai orang lain bahkan sulit mempercayai dirinya sendiri.
Selain itu, trauma psikologis yang pernah dialami seperti penyiksaan emosional dan fisik pada usia dini atau menyaksikan sikap atau tindakan salah satu orang tua yang agresif dan kasar terhadap pasangan sehingga dapat menghambat proses kematangan identitas kepribadian dan kestabilan emosi si individu. Pemandangan dan pengalaman tersebut kelak berpotensi mempengaruhi pola interaksinya dengan orang lain.
Keterbatasan respon dari lingkungan pada waktu itu, dipersepsi olehnya sebagai suatu bentuk penolakan. Menurut pemahaman seorang anak, penolakan tersebut disebabkan oleh kekurangan dirinya. Pada banyak orang, masalah ini rupanya tidak terselesaikan dan akibatnya, sepanjang hidup dia berjuang untuk mengendalikan lingkungan atau orang-orang terdekat supaya selalu memperhatikannya. Mereka berusaha keras membuat dirinya diterima dan dimiliki oleh orang lain meski dia harus "mengorbankan" diri. Orang ini begitu cemas dan takut jika kehilangan orang yang selama ini memilikinya karena perasaan "dimiliki" ini identik dengan harga dirinya. Sebaliknya ia akan kehilangan harga diri jika kehilangan sang pemilik.
Akibat kecanduan cinta bisa dirasakan secara langsung oleh yang bersangkutan karena orang tersebut tidak dapat menikmati hubungan yang terjalin karena pikiran dan perasaannya selalu diliputi ketakutan. Sehingga tidak jarang ketakutan tersebut makin tidak rasional dan melahirkan tindakan yang tidak rasional pula, seperti tidak memperbolehkan pasangannya pergi kerja karena takut direbut orang.
Akibat jangka panjang adalah individu yang bersangkutan akan berada dalam kondisi emosi yang labil dan menjadi terlalu sensitif. Individu tersebut mudah curiga pada teman, sahabat, kegiatan, pekerjaan atau bahkan keluarga pasangannya. Selain itu dia menjadi mudah marah, cepat tersinggung dan bagi sebagian orang bahkan ada yang bertindak agresif dan kasar untuk mengendalikan keinginan dan kehidupan pasangannya.
Pasangannya tidak diijinkan untuk memiliki agenda tersendiri, yang terpenting adalah harus mengikuti keinginannya dan 100% memperhatikannya. Individu tersebut juga mudah merasa lemah, lelah dan lemas. Karena seluruh energinya sudah dipergunakan untuk mengantisipasi ketakutan yang tidak beralasan dan melakukan tindakan untuk menjaga pertahanannya. Kehidupan demikian membuat dirinya menjadi manusia tidak produktif. Sehari-hari yang dipikirkan dan diusahkan hanyalah bagaimana agar "miliknya terjaga".
Banyak orang yang tidak sadar kalau dirinya terlibat dalam pola hubungan yang addictive sampai akhirnya dia merasa stress, tertekan namun tidak berani atau takut, tidak berdaya untuk memutuskan hubungan yang sudah berjalan beberapa waktu. Bagi sebagian orang yang cukup sadar dan memiliki kekuatan pribadi maka dia akan berani mengambil sikap tegas dalam menentukan arahnya sendiri.
Tetapi banyak pula orang yang "memilih" untuk tetap dalam lingkaran demand-supply tersebut karena ternyata dirinya sendiri juga mengalami masalah dan kebutuhan yang sama. Jika demikian halnya, maka hubungan yang ada bukannya mengembangkan dan mendewasakan kedua belah pihak tetapi justru semakin memperkuat ketergantungan cinta keduanya. Situasi inilah yang sering dikaburkan dengan hubungan yang romantis dan cinta buta.
Menurut para ahli psikologi dan kesehatan mental, salah satu syarat utama untuk dapat menjalin hubungan yang sehat dan sekaligus menjalani kehidupan yang produktif adalah memiliki kesehatan mental yang sehat dan identitas diri yang solid. Kondisi positif demikian akan menumbuhkan rasa percaya diri yang kuat sehingga orang tersebut tidak membutuhkan dukungan dan pengakuan orang lain untuk memperkuat sense of self-nya.
Jadi untuk mengembalikan seseorang pada bentuk hubungan yang sehat, langkah awal yang diperlukan adalah memperkuat pribadinya terlebih dahulu. Dengan meningkatkan sumber kekuatan psikologis secara internal maka akan mengurangi ketergantungannya pada kekuatan eksternal. Orang itu harus merasa aman dan percaya dengan dirinya sendiri untuk bisa merasa aman dalam setiap jalinan hubungan dengan orang lain. Ada kalanya, orang-orang demikian membutuhkan bantuan para profesional untuk membimbing dan mengarahkan mereka membangun pribadi yang positif. Semoga informasi ini bermanfaat untuk anda.

Tidak ada komentar: