more than just radio

more than just radio
pro2

Senin, 05 November 2007

Ruang Universitaria Edisi 6 Nov 2007

SKRIPSI JANGAN TERJEBAK DI PRADUGA


Mengapa praduga?opini soal skripsi dengan judul jangan terjebak dengan praduga karena alasan-alasan tidak urgent sering dijumpai menghambat calon sarjana, terutama s1. Lebih banyak kendala muncul karena terjebak dalam memilih topik dan pokok masalah yang hendak diangkat dalam skripsi. Jadilah waktu penysunan skripsi melar sampai makan tahun, pikiran, biaya dan kadang keluarga ikut-ikutan senewen, nah lho! Padahal semestinya, skripsi sebagai ujian paling bontot selama proses kuliah berlangsung tidak mesti sulit, rumit, mumet dan bikin stress!.Lalu bagaimana? dibanding tugas-tugas lain, skripsi cenderung lebih mudah. Wah, koq bisa. Ya, sebab persiapan skripsi jauh lebih banyak waktu, lebih terencana, dan ada dukungan fakultas -bisasanya. Tugas PKL misalnya, ada format lain yang harus diikuti, Katakanlah tempat magang menetapkan target pencapaian dan sebagainya, jelas akan rumit bagi mahasiswa yang rada-rada tidak siap tarung. Sedang skripsi, memasuki semester 5,6 sudah semsetinya ada titik awal. Jadi lebih panjang bukan?Disinilah awal masalahnya. Manajemen diri memang meski ditubah sejak duduk dibangku kuliah. Beda antara masa SLTA dengan kuliah sangat senjang. Dan kebanyakan kita-kita terjebak oleh iklim itu. Kebiasaan dipola saat SLTA mau tak mau meski diubah saat mulai kuliah. Apapun dikuliah adalah format independen, anda memilih belanja SKS dan cara belajar. Pokoknya keputusan hampir sepenuhnya ada ditangan anda. Tentu diluar maslah biaya yang kebanyakan masih dari ortu. Jadi intinya, saya hendak mengatakan bahwa skripsi adalah ujian soal kematangan dalam berfikir metodologis. Kuliah sekian tahun adalah isi dari skripsi itu sendiri. Bukan judul yang nyeleneh dan nggak-nggak. Berharap skripsi jadi best seller mungkin boleh, tetapi, intinya sendiri bukan disana. Sangat jarang yang sanggup memasuki metode grounded misalnya. Pembuktian teori dan atau bahkan penemuan formula tidak harus ada di skripsi, kecuali bagi mereka yang sedikit briliant, sah-sah saja.Kuncinya, susun rencana skripsi sejak dini. Semester 5 atau enam saya kira cukup strategis untuk memulai sendiri. Sambil terus membobotkan diri dipilihan pokok masalah yang hendak diangkat itu. Lalu ketika memasuki masa penelitian dan penyusunan, jika anda masih harus belajar metodologi dan penyusunan, wah payah. Saat pentusunan saatnya memasuki inti masalah. Dan masalah disini jangan terlalu kemaruk. cukup sederhana saja. Apa adanya dan tanpa penetrasi ide yang berlebihan. Karena itulah semacam jebakan yang bakal bikin pembimbing gusar. Maka andapun akan terkatung-katung karena tak ada stressing persoalan yang harus diselesaikan. Nanti, kelak s2 atau s3, anda boleh bertarung dengan ide-ide lir sekalipun. Pokoknya s1, bukan saatnya kiamat. Tetapi saatnya menuturkan apa saja yang telah diserap sepanjang tahun kuliah. Nah, soal masalah-masalah penelitian, biasanya yang aktual dan yang menarik. Tetapi masalh umumpun yang sedikit terlupakan kadang lebih menarik. Tergantung dari jurusan mana anda kuliah. Sekali lagi jangan terjebak oleh stigma bahwa skripsi adalah segala-galanya di s1, nggak, yang inti adalah manajemen diri anda sejak masuk kulliah, kuliah, dan pengembangan kepekaan, lantas skripsi hanya klimaks yang tercapai tanpa bisa dipisahkan dari sejak mula. Sungguh, skripsi akan mulus bila ada sedikit kesadaran bahwa begitu banyak orang yang tidak bisa sampai ke bangku kuliah. Karena kulminasi pendidikan ada disitu. Barangkali saran ini masih general, tetapi, semoga ada artinya, karena intinya anda lebih mengetahui.

Tidak ada komentar: